Renungan Harian Sepanjang Ramadhan

Share ->

Facebook Google+ Twitter Telegram
Marhaban ya Ramadhan, Marhaban ya syahru shiyam.

Tidak terasa, kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Itu artinya, kita akan memasuki lembah illahi, dari hari ke hari, hingga genap sebulan ataupun 29 hari. Dengan renungan hari demi hari ini, barangkali kita bisa terbantu untuk menghayati puasa kita, baik puasa lahir maupun puasa batin, puasa fisik maupun puasa hati kita.


# Hari Pertama:
“Puasa itu untuk-Ku (Allah), dan Aku (Allah) sendiri yang akan membalasnya”. Demikian hadits Qudsi. Berarti hari pertama ini, seluruh hasrat, kehendak, cita rasa, tekad, tujuan dan niat, yang menggumpal di hati kita hanya untuk Allah Ta’ala semata. “Oh Tuhan, hatiku untukmu… Dahaga kerongkongan dan perut keroncongan adalah pestanya hatiku dengan Mu… Hatiku tak ingin selain DiriMu…”

# Hari Kedua:
Dalam kata RAMADHAN, ada huruf Ra’, Mim, Dhad, Alif, Nun.

1) Ra’, Ridlwanuhu = Ridlanya Allah. 2) Mim, Mahabatuhu = Cintanya Allah, 3) Dhad, Dhomanuhu = Jaminan Allah, 4) Alif, Ulfatuhu = Kemahalembutan-Nya, 5) Nun, Nuruhu = CahayaNya.

Semua diperuntukkan orang-orang yang berpuasa. Bersyukurlah, karena anda telah dicatat dalam Catatan-Nya sebagai orang yang berpuasa. Jika tidak, hanya lapar dan dahaga belaka.

# Hari Ketiga:
Jika ada emosi, jika ada yang menjengkelkan di pagi hari, di terik matahari, atau menjelang senja kala tiba, kembalikan hatimu kepada-Nya, siapa tahu ujian dan cobaan itu sedang menimbang naiknya derajatmu. Ingatlah kegembiraan orang-orang yang sedang berbuka, segala masalah jadi lupa.

# Hari Keempat:
Mata, perut, hidung, telinga, kelamin, mulut, sedang menahan diri dari tarikan syahwatnya. Hati harus menahan diri dari segala iming-iming nafsu dan duniawinya. Ruh, adalah arus kuat yang menggerakkan menuju Allah. Sirr (rahasia jiwa) tak ingin ada selain Allah.

# Hari Kelima:
Jika ada penyesalan karena tindakan dosa yang kau lakukan selama empat hari lalu di tengah berpuasa, janganlah penyesalan itu membuatmu semakin jauh dari harapan kepada-Nya. Karena hari-hari esok adalah Cahaya-Nya, dan hari ini bukalah jendela pintu hatimu untuk bias Cahaya paginya yang indah

# Hari Keenam:
Jangan lupa, seluruh amaliyah rutin yang biasa kau baca, kau wiridkan, amaliyah sunnah di bulan ini jangan kau abaikan sedikit pun. Apa pun kesibukanmu, masalah yang membuat dirimu tertekan sekali pun, jangan sampai memutus kabel yang menyambungkan dirimu dengan Allah.

# Hari Ketujuh:
Mari melakukan konser ruhani di bulan suci. Seluruh bunyi dan nada kita perdengarkan secara harmoni dalam jiwa kita. Serasa seluruh ragam dzikir berbunyi bersama, dalam naik turunnya nafas jiwa, begitu gemebyar dalam seluruh semesta. Tasbih, tahmid, takbir, hauqolah, istighfar, sholawat Nabi, tahlil, dan tersembunyi dalam sunyi, Allah Allah Allah.

# Hari Kedelapan:
Penjarakan dan kuburkan seluruh sifat-sifat burukmu, iri, dengki, takabur, riya’, ‘takjub pada diri sendiri, menuruti nafsu syahwat, menuruti kesenangan dunia, kemunafikan, kezaliman, dan kemusyrikan hati. Jika sesekali hendak muncul sifat-sifat itu, cepat-cepatlah beristighfar dan kau lawan dengan segala caramu.

# Hari Kesembilan:
Islam, berarti hatimu harus Istislam, yang maknanya pasrah total kepada-Nya, agar selaras dengan kehendak-kehendak aturan-Nya. Iman, berarti yakin, membenarkan, dan mengamankan hatimu dari segala hal selain Allah, agar iman tumbuh menjadi Syajarah Thoyyibah. Ihsan, adalah buah dari Islam dan Iman kita, yang maujud dalam Muroqobah, Musyahadah dan Ma’rifah.

# Hari Kesepuluh:
Sepertiga bulan kita lalui. Masihkah anda terus melawan diri sendiri? Hasrat-hasrat sampah yang membui dirimu? Apakah masih kau biarkan dirimu bertumpukan dengan onggokan limbah-limbah di hatimu? Oh, bangunlah dan melompatlah segera ke air bening jiwamu, arungi samudera sucinya, di sana banyak mutiara-mutiara.

# Hari Kesebelas:
Jangan biarkan malam-malam suci ini tanpa bersama-Nya. Jangan biarkan kegelapan tanpa Lampu Cahaya-Nya. Jangan biarkan lolong anjing malam pekat yang menghadang malaikat mengganggu suara munajatmu. Jangan biarkan malam-malammu bersyahwat berlebihan. Jangan biarkan malam-malammu bersama TV dan hiburan.

# Hari Kedua belas:
Hati kita melangkah ke depan, bukan melangkah ke belakang, apalagi diam di tempat. Semangat hati dan rasa syukur harus terus terjaga untuk bangkit kepada-Nya. Semakin baik, semakin lembut, semakin sabar, semakin ikhlas, semakin ridlo, semakin tawakkal, semakin dekat, semakin cinta. Itulah langkah hati ke depan, dengan meninggalkan hal-hal yang buruk.

# Hari Ketiga belas:
Di dunia ini bukannya tempat kebahagiaan dan kesenangan. Senang dan gembira sehari dalam 24 jam, paling hanya satu jam kita gembira dan bahagia. Selebihnya jiwamu berjuang dengan berbagai masalah bukan? Bahagia dan gembira hanya maujud di akhirat, karena itu, jika muncul kebahagiaan di dunia, itu hanyalah bonus-bonus dari Allah. Tetapi jika engkau ingin bahagia, letakkan hatimu di akhirat, fisik, akal dan fikiranmu di dunia.

# Hari Keempat belas:
Kapankah anda menjadi orang baik? Katanya, orang baik itu adalah orang yang dalam keadaan sendiri tetap baik. Kapankah anda menjadi hamba Allah? Katanya hamba Allah itu pasrah menjadi Wayangnya Allah. Kapankah anda menjadi penempuh Jalan Ilahi? Katanya para penempuh itu mulai bersiap diri meninggalkan haru biru duniawi dari dalam hati. Atau kapankah anda menjadi para ‘Arifun? Katanya para ‘Arifun itu terus menerus bersama-Nya, disertai oleh-Nya.

# Hari Kelima belas:
Bersihkan terus menerus kaca cermin di hatimu, agar cahaya-Nya yang memantul tidak buram atau abu-abu. Jika kau biarkan, akan tumbuh kotoran yang berkarat, terasa sakit pedih ketika dibersihkan. Sungguh jangan kau biarkan sampai retak-retak cermin jiwamu, karena retak cermin adalah membiarkan kemunafikan di hatimu. Dan na’udzubillah jangan sampai kau balik cerminmu, karena bercermin dari balik cermin berarti telah terhijab dalam kegelapan. Ini, sungguh, bukan Cahaya-Nya.

# Hari Keenam belas: 
Memang, ada saja masalah sehari-hari. Masalah muncul hanya karena Allah ingin menunjukkan betapa sampahnya duniawi itu, agar segera dirimu lari menuju kepada-Nya, dalam pelukan kasih sayang-Nya.

# Hari Ketujuh belas:
Nafasmu telah ditentukan dan dihitung dalam takdir. Langkah kakimu, kedipan matamu, suara yang keluar masuk dalam telingamu, gerak-gerik bibirmu, ciuman hidungmu, rabaan tanganmu, bahkan gerak-gerik hatimu, semua dalam catatan-Nya. Alangkah sia-sianya jika semua itu digerakkan Allah, sementara dirimu tidak menyertai-Nya dengan dzikrullah.

# Hari Kedelapan belas:
Jangan gelisahkan, jangan takutkan, apa yang berlalu dan yang akan datang. Karena bila kita lihat diri kita sendiri, amal perbuatan kita sendiri, ibadah dan taqarrub kita selama ini, hati penuh luka, rasanya tak berarti apa-apa di hadapan-Nya. Tapi, jika kita lihat rahmat, fadlal dan anugerah-Nya, serasa apa pun semua bermakna indah, agung, luhur dan betapa besarnya.

# Hari Kesembilan belas:
Pintu-pintu surga telah dibuka sejak awal bulan ini. Pintu-pintu neraka ditutup sejak memasuki bulan ini, syetan dibelenggu. Masukilah pintu-pintu-Nya dengan seluruh kebajikanmu, ubudiyahmu, taqarrubmu. Jangan ada nafsu yang menghambat jalanmu.

# Hari Kedua puluh:
Kedekatan Rasulullah SAW, denganmu, seperti air dalam pohon, yang meliputi seluruh batang, akar, cabang, daun, bunga dan buah. Tak ada yang tidak dialiri oleh air itu. Jika pohon jiwamu terasa kering, karena jejak-jejaknya tak kau ikuti, ucapan-ucapannya tak kau hiraukan, peringatan-peringatannya kau abaikan. Karena itu, jangan abaikan lagi Sholawat Nabi.

# Hari Kedua puluh satu:
Sungguh mengherankan, di hari-hari yang sudah seperti ini, situasi dan kondisi ummat sudah kayak begini, masih ada saja orang-orang yang terus menerus memanipulasi Ilahi untuk kepentingan diri, golongan dan keluarganya serta kekuasaannya. Di hari-hari seperti ini pula, sungguh mengherankan masih banyak orang yang mengeluh, ngresulo, tidak bersyukur dan ridlo kepada-Nya.

Hari Kedua puluh dua:
Nyalakan lampu-lampu di seluruh rumahmu, kamar-kamar jiwamu, bilik-bilik hatimu, melalui arus ruhanimu yang digerakkan oleh dzikirmu. Jangan biarkan cahayamu byar pett.

# Hari Kedua puluh tiga:
Bacalah semua kehidupan nyata ini sebagai ayat-ayat Allah. Bulan ini al-Qur’an turun di malam Lailatul Qadar bukan? Bacalah keseharian yang kau lihat, yang kau dengar, yang kau raba, yang kau rasakan, sebagai huruf-huruf yang menyusun kata, kalimat, ayat dan surat. Agar di mana pun, kemana pun, situasi apa pun, pandangan hatimu tak bertoleh kepada selain Allah.

# Hari Kedua puluh empat:
Lihat pula seluruh semesta, jangan sampai kau lihat yang tampak nyata, lihatlah yang ada di balik yang tampak itu. Di sana ada Afa’al Allah, Asma Allah dan Sifat Allah. Jika yang tampak nyata masih tampak jelas, maka sesungguhnya yang tampak itu telah menghijab dirimu dengan-Nya.

# Hari Kedua puluh lima:
Hidupkan malam-malam tersisa ini dalam terang benderang Cahaya-Nya. Hidupkan siangnya, dalam menahan terus apa pun selain Diri-Nya. Hidupkan pagi dan sore, sore dan hingga pagi, dalam getaran dzikir dan tasbihnya. Hidupkan semuanya, agar hatimu tidak mati!

# Hari Kedua puluh enam:
Jawablah Surat-surat Cinta-Nya kepadamu, dengan jawaban hatimu, dari tinta Sirr (rahasia jiwamu) paling dalam. Mungkin tak ada lagi kata atau sebersit yang tersirat karena jawabanmu adalah kefanaanmu, dan surat-surat-Nya adalah kebaqaan-Nya yang menarikmu menuju pada-Nya.

# Hari Kedua puluh tujuh:
Oh pintu ma’rifatullah terbuka. Allah jua yang mema’rifatkanmu, bukan dirimu. Jangankan kau kenal diri-Nya, mengenal dirimu saja selalu buntu. Bolehlah kau mengenal dirimu, jika akhir pengenal akan dirimu tak lebih dari debu yang berterbangan, hingga kau mengenal Tuhanmu tanpa batas dan tiada tara. Allahu Akbar!

# Hari Kedua puluh delapan: 
Allah Allah Allah… Semuanya tanpa kecuali. Allah Allah Allah… Semuanya tanpa henti. Allah Allah Allah… Semuanya cahaya-Nya. Allah Allah Allah… Semuanya tiada kecuali Wajah-Nya…

# Hari Kedua puluh sembilan:
Besok hari raya bukan. Hari kemerdekaan yang hakiki. Hari segalanya penuh takbir, tasbih dan tahmid. Hari lahir kembali. Lalu jangan lagi ada noda, luka, aniaya diri sendiri. Jika masih ada dendam pada diri sendiri, jika masih ada emosi pada sesams, jika masih ada keraguan atas rahmat dan anugerah-Nya, segeralah bersihkan dengan permohonan yang total pada-Nya.

Oleh: KH. M. Luqman Hakim

0 Response to "Renungan Harian Sepanjang Ramadhan"

Posting Komentar